SISI LAIN
Pagi tadi aku ada mata kuliah pengantar Psikologi Umum, disitu mulai dijelaskan tentang pengertian dari psikologi sekaligus bebeapa pendapat masyarakat tentang ahli psikologi.
dari situ aku berfikir, "mengapa aku mengambil jurusan Hubungan Internasional bukan Psikologi?"
kalau boleh dikatakan aku sangat berbakat dalam menganalisa seseorang hanya dengan beberapa obrolan, pertemuan, dan dari tingkah laku orang itu saja aku bisa menilai dia, well aku bukan cenayang yang pandai meramal, tapi entah darimana dari dulu sampai sekarang aku merasa aku memiliki "kepekaan" yaa kepekaan! dan kalau boleh aku artikan sendiri sebenarnya psikologi sendiri adalah ilmunya, sedangkan kepekaan itu adalah bakat. hehe
mungkin orang-orang akan mengatakan bahwa aku berlebihan, karena aku bisa dengan mudah sedih dan menangis jika melihat tayangan televisi tentang perjuangan hidup seseorang atau bahkan hanya sebuah film yang kita tau bahwa itu sandiwara namun cerita di dalamnya itu yang hidup dan terkadang nyata. aku sedih dan terkadang menangis, aku yakin itu karena aku peka dan aku ikut terbawa dalam imajinasi bagaimana jika aku dalam posisi itu, benar bahwa pandangan kita terhadap sesuatu sangatlah penting. kalau aku boleh bilang bukan lebay atau sok melankolis, tapi ini hidup dimana kita harus bisa memahami orang lain, jika kita ingin dimengerti atau dipahami seseorang, kita juga harus belajar melakukan tindakan yang sama, so simple right?
kenapa pada postingan kali ini aku lebih memilih memakai judul "sisi lain"?
aku ingin share beberapa hal yang pernah aku lihat sebelumnya:
Pertama, aku baru saja diceritakan oleh salah satu teman, ia pernah bertemu dengan salah seorang pria cacat, kalau tidak salah pria itu tidak memiliki kaki yg sempurna, ia bertemu di sebuah cafe, pria itu sedang makan siang juga bersama teman-temannya yang normal, seperti biasa enjoy, kemudian selesai makan, sahabat yg cacat tadi membayar ke kasir dan temanku tidak mau melihatnya karena ia sendiri sedih jika melihat orang-orang yang memiliki kekurang seperti itu. dan yang paling temanku kejutkan adalah setelah membayar ke kasir, pria cacat tadi mengambil uang dari dompetnya dan menaruh sejumlah uang di kotak infaq! subhanallah sekali bukan?
aku mengambil hikmah dari ini, pria cacat tadi itu saja bisa menyumbangkan sebagian hartanya mengapa aku yang normal sehat wal-afiat tidak bisa? pria cacat tadi itu saja bisa memberi orang lain, mengapa banyak orang yg normal sehat wal-afiat justru malah meminta-minta?
Budaya instant di negri ini telah menghancurkan bangsa, semua orang ingin segala sesuatu yang instant, contohnya dengan meminta-meminta padahal ia masih memiliki jasmani yg segar bugar, apakah tidak bisa mereka merasa malu dengan sahabat diluar sana yang cacat namun berusaha hidup normal, bekerja keras untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan memberi manfaat untuk orang lain?
Kedua, aku pernah menonton di salah satu stasiun TV bahwa ada banyak sekali kisah hidup perjuangan seorang yang tua renta, mereka bekerja dari pagi sampai sore bahkan malam untuk mendapatkan nafkah yang halal tanpa meminta belas kasih dari orang lain, dan dari situ banyak yang aku dapat bahwa "this is life! sometimes you will in a high position, but sometimes you must falling down into very deep place, if you wanna get your success life, you MUST trying to get it by yourself, don't force yourself too much, but try to get it, keep calm, God will help you, but God want to know how much your strength to get it"
Ketiga, dia (perempuan) adalah salah satu teman dikampusku, tapi kami tidak sekelas sehingga tidak dekat, namun kami saling tau. dia memiliki kekurangan (kelainan fisik atau cacat). ia cantik, cacat fisik, namun dia cerdas. dia adalah anak Jakarta yang dulunya sekolah di New Zealand. alasan dia memilih untuk kuliah di Indonesia sendiri sungguh membuat aku terkesan dan kagum sekali dengan dia. ia mengatakan bahwa di New Zealand semuanya mudah, semuanya ada, fasilitas lengkap, dan orang cacat boleh sekolah di sekolah umum asalkan otaknya mampu (cacat fisik, tapi sehat mental). sedangkan di Indonesia ada tantangan tersendiri, dulu ia pernah ditolak disekolah-sekolah yang ada di Indonesia karena mereka menganggap bahwa gadis ini tidak layak bersekolah disekolahan umum, alhasil ia hanya diterima di SLB, kemudian ia tidak tahan sekolah di SLB, kemudian ia memutuskan pindah ke Selandia Baru bersama kedua orangtuanya. namun sekarang ia kembali ke Indonesia dan kuliah di Universitas Brawijaya, dan sungguh dia anak yg cerdas,kritis, namun yaa ia memiliki kekurangan fisik, tapi itu bukan masalah, toh banyak orang yang cacat fisik masih bisa bekerja menghidupi keluarganya, dan justru menurut temanku ini di Indonesia itu banyak tantangan salah satunya "aku bangga dengan kekuranganku, sedih itu pasti, namun untuk apa sedih berkelanjutan dan berlebihan, lebih baik jalani hidup ini. toh aku punya kelainan fisik tidak pernah meminta-minta menadahkan tangan, sedangkan banyak orang Indonesia entah dimanapun mereka, mereka sehat namun mengemis padahal badan mereka sehat dan Tuhan memberi kesempurnaan fisik ke mereka"
Gilaaaa... begitu banyak sisi lain diluar sana, yang aku ceritakan baru sebagian pasti kalian punya banyak cerita lainnya.
ketika aku melihat hal-hal seperti ini yang aku yakini dalam hidup adalah hidup itu keras, namun jangan pernah mengeluh pada Tuhan, Tuhan loh yang menciptakan kita dan Dia lebih tau daripada kita. Tuhan tidak mungkin memberi kita masalah jika kita tidak mampu menyelesaikannya, jika kita lelah toh Tuhan yang akan membantu kita dengan caraNya sendiri dan manusia tidak akan pernah tau akan hal itu. Yakini diri bahwa Tuhan ada selalu bersama kita dimanapun dan kapanpun kita berada :)
dari situ aku berfikir, "mengapa aku mengambil jurusan Hubungan Internasional bukan Psikologi?"
kalau boleh dikatakan aku sangat berbakat dalam menganalisa seseorang hanya dengan beberapa obrolan, pertemuan, dan dari tingkah laku orang itu saja aku bisa menilai dia, well aku bukan cenayang yang pandai meramal, tapi entah darimana dari dulu sampai sekarang aku merasa aku memiliki "kepekaan" yaa kepekaan! dan kalau boleh aku artikan sendiri sebenarnya psikologi sendiri adalah ilmunya, sedangkan kepekaan itu adalah bakat. hehe
mungkin orang-orang akan mengatakan bahwa aku berlebihan, karena aku bisa dengan mudah sedih dan menangis jika melihat tayangan televisi tentang perjuangan hidup seseorang atau bahkan hanya sebuah film yang kita tau bahwa itu sandiwara namun cerita di dalamnya itu yang hidup dan terkadang nyata. aku sedih dan terkadang menangis, aku yakin itu karena aku peka dan aku ikut terbawa dalam imajinasi bagaimana jika aku dalam posisi itu, benar bahwa pandangan kita terhadap sesuatu sangatlah penting. kalau aku boleh bilang bukan lebay atau sok melankolis, tapi ini hidup dimana kita harus bisa memahami orang lain, jika kita ingin dimengerti atau dipahami seseorang, kita juga harus belajar melakukan tindakan yang sama, so simple right?
kenapa pada postingan kali ini aku lebih memilih memakai judul "sisi lain"?
aku ingin share beberapa hal yang pernah aku lihat sebelumnya:
Pertama, aku baru saja diceritakan oleh salah satu teman, ia pernah bertemu dengan salah seorang pria cacat, kalau tidak salah pria itu tidak memiliki kaki yg sempurna, ia bertemu di sebuah cafe, pria itu sedang makan siang juga bersama teman-temannya yang normal, seperti biasa enjoy, kemudian selesai makan, sahabat yg cacat tadi membayar ke kasir dan temanku tidak mau melihatnya karena ia sendiri sedih jika melihat orang-orang yang memiliki kekurang seperti itu. dan yang paling temanku kejutkan adalah setelah membayar ke kasir, pria cacat tadi mengambil uang dari dompetnya dan menaruh sejumlah uang di kotak infaq! subhanallah sekali bukan?
aku mengambil hikmah dari ini, pria cacat tadi itu saja bisa menyumbangkan sebagian hartanya mengapa aku yang normal sehat wal-afiat tidak bisa? pria cacat tadi itu saja bisa memberi orang lain, mengapa banyak orang yg normal sehat wal-afiat justru malah meminta-minta?
Budaya instant di negri ini telah menghancurkan bangsa, semua orang ingin segala sesuatu yang instant, contohnya dengan meminta-meminta padahal ia masih memiliki jasmani yg segar bugar, apakah tidak bisa mereka merasa malu dengan sahabat diluar sana yang cacat namun berusaha hidup normal, bekerja keras untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan memberi manfaat untuk orang lain?
Kedua, aku pernah menonton di salah satu stasiun TV bahwa ada banyak sekali kisah hidup perjuangan seorang yang tua renta, mereka bekerja dari pagi sampai sore bahkan malam untuk mendapatkan nafkah yang halal tanpa meminta belas kasih dari orang lain, dan dari situ banyak yang aku dapat bahwa "this is life! sometimes you will in a high position, but sometimes you must falling down into very deep place, if you wanna get your success life, you MUST trying to get it by yourself, don't force yourself too much, but try to get it, keep calm, God will help you, but God want to know how much your strength to get it"
Ketiga, dia (perempuan) adalah salah satu teman dikampusku, tapi kami tidak sekelas sehingga tidak dekat, namun kami saling tau. dia memiliki kekurangan (kelainan fisik atau cacat). ia cantik, cacat fisik, namun dia cerdas. dia adalah anak Jakarta yang dulunya sekolah di New Zealand. alasan dia memilih untuk kuliah di Indonesia sendiri sungguh membuat aku terkesan dan kagum sekali dengan dia. ia mengatakan bahwa di New Zealand semuanya mudah, semuanya ada, fasilitas lengkap, dan orang cacat boleh sekolah di sekolah umum asalkan otaknya mampu (cacat fisik, tapi sehat mental). sedangkan di Indonesia ada tantangan tersendiri, dulu ia pernah ditolak disekolah-sekolah yang ada di Indonesia karena mereka menganggap bahwa gadis ini tidak layak bersekolah disekolahan umum, alhasil ia hanya diterima di SLB, kemudian ia tidak tahan sekolah di SLB, kemudian ia memutuskan pindah ke Selandia Baru bersama kedua orangtuanya. namun sekarang ia kembali ke Indonesia dan kuliah di Universitas Brawijaya, dan sungguh dia anak yg cerdas,kritis, namun yaa ia memiliki kekurangan fisik, tapi itu bukan masalah, toh banyak orang yang cacat fisik masih bisa bekerja menghidupi keluarganya, dan justru menurut temanku ini di Indonesia itu banyak tantangan salah satunya "aku bangga dengan kekuranganku, sedih itu pasti, namun untuk apa sedih berkelanjutan dan berlebihan, lebih baik jalani hidup ini. toh aku punya kelainan fisik tidak pernah meminta-minta menadahkan tangan, sedangkan banyak orang Indonesia entah dimanapun mereka, mereka sehat namun mengemis padahal badan mereka sehat dan Tuhan memberi kesempurnaan fisik ke mereka"
Gilaaaa... begitu banyak sisi lain diluar sana, yang aku ceritakan baru sebagian pasti kalian punya banyak cerita lainnya.
ketika aku melihat hal-hal seperti ini yang aku yakini dalam hidup adalah hidup itu keras, namun jangan pernah mengeluh pada Tuhan, Tuhan loh yang menciptakan kita dan Dia lebih tau daripada kita. Tuhan tidak mungkin memberi kita masalah jika kita tidak mampu menyelesaikannya, jika kita lelah toh Tuhan yang akan membantu kita dengan caraNya sendiri dan manusia tidak akan pernah tau akan hal itu. Yakini diri bahwa Tuhan ada selalu bersama kita dimanapun dan kapanpun kita berada :)
Komentar
Posting Komentar