“AGENT OF CHANGE”? AM I? ARE WE?
Teruntuk
kalian semua yang baru masuk di dunia perkuliahan khususnya Brawijaya bakal
dapet tugas wajib tuh yang namanya nulis essay tentang apa saja peran mahasiswa,
dan jawaban essainya pasti sama, yaitu Agent of Change, Iron Stock, Social
Control.
Tulisan
kali ini, aku mau bahas tentang seberapa sudah berperannya sih kita yang masih
mahasiswa atau yang sudah lulus jadi predikat mahasiswa dalam berperan di
masyarakat sebagai Agent of Change? Atau
justru lo kuliah ya buat diri lo sendiri yang dating kampus, masuk kelas
belajar, IPK diatas 3,5, lulus 3,2 tahun, pulang. Dapet apaan? Gelar sarjana
yang ditulis belakang nama lo di ijazah perkuliahan? Udah? Puas hidup lo?
Bangga dan Bahagia sih pasti emmak babeh dirumah.
Itu
juga sih yang jadi bahasan di grup inner circle gue shay, udah ngapain sih kita
selama kuliah?
Udah
jadi agen perubahan apa belum ya gue?
Ternyata
jadi agen perubahan itu simple juga guys!
Jawaban
temen gue, Dini, “Aku mengedukasi keluargaku dan aku nulis.”
Simple
gak sih? Sadar atau gak, keluarga itu inner circle kita yang kerap kali luput
dari pandangan mereka, bahwa alasan orangtua sekolahin kita itu ya supaya kita
bisa kontribusi dalam merubah cara pandang keluarga khususnya orangtua kita
yang hidupnya jaman Soekarno Soeharto untuk kita tambahin pengetahuannya ke era
Jokowi. Contoh deh dari dulu yang dipandang kerjaan keren versi orangtua kita
itu adalah oil & gas company, BUMN, dan parahnya PNS karna dapet duit
pensiunan. Jaman sekarang perusahaan gede itu dibidang advertising, Event Organizer, F&B, E-commerce,
Digital Marketing, Media, juga banyak
yang gede dan menjanjikan. Nah pemahaman-pemahaman macem itu yang perlu kita
beritahu.
Terus
lagi nih, banyak isu yang gak popular yang perlu kita jadikan bahan diskusi di
keluarga. Jaman sekarang politik negara kita ini dibumbuinnya kebencian,
bawa-bawa agama dan ras, yakali shay lo mau perang dalam keluarga sendiri kalo
ada keluarga yang beda agama?
Pandangan-pandangan
yang seperti itu yang perlu kita edukasi ke keluarga lah minimal. Kalo sebagai
pen-studi HI nih, kita belajar lagi yang namanya Feminis, kalo temen gue Dini
itu penggiat Feminis, hobbynya buat tulisan berbau perempuan, terutama
perempuan tertindas secara ide dan di sosial masyarakat.
Cakep
kan? Emang gak popular, tapi doi nyalurin itu yang namanya pandangan. Banyak orang
luput, bahkan perempuan sendiri kadang gak sadar kalau mereka dilecehkan dan di
masyarakat jadi objek sex semata. Itu salah laki-laki atau perempuan juga
salah? Tergantung gimana kacamatanya melihat fenomenanya.
Gue?
Apa yang udah gue buat selama jadi mahasiswa?
Pertanyaan
besar banget dalam hidup. Gue udah berguna belum ya buat masyarakat?
Tapi
ada satu yang gue yakinin kalau ada perubahan yang pernah gue buat.
Gue
pernah yang namanya jadi Ketua Himpunan dan Ketua BEM, katakanlah panggung
politik di kampus (karena system pemilihannya PEMILU), gue perempuan. Secara jelas
disini gue melakukan perubahan, karena perempuan memiliki hak yang sama dalam
sosial masyarakat, yang notabene disini ialah memimpin.
Gak
banyak perempuan mau memimpin (meskipun ya masih taraf kecil sih lingkungan
kampus seberapa sih), tapi setidaknya gue memberi edukasi kepada teman sebaya
dan adik tingkat gue bahwa siapapun bisa memimpin, tanpa mandang lu perempuan
atau laki-laki, kita sebagai manusia memiliki hak yang sama, termasuk pada
aspek politik.
Terus
lagi, gue pernah nanganin perusahaan dibidang yang naungin SDM gue. Banyak kekacauan
di perusahaan gue itu, system masih morat marit, dan menurut gue masih jauh
dari yang namanya adil untuk karyawan. Yang gue buat? Pokoknya gimana caranya
gue buat strategi untuk mensejahterakan karyawan-karyawan gue, dan terwujud,
setidaknya ketika gue tinggal, system berjalan, tuh mantan karyawan pada
seneng, dan gak hentinya kangen sama gue, karena mereka tau segimananya gue
berjuang buat mereka, gue dapet apa? Ya lumayan dibenci dijajaran management
lainnya, tapi gue fix disayang semua karyawan gue, bahkan kalo ada voting siapa
yang paling disayang dikangenin di itu perusahaan, gue jamin jawaban serentak “KAK
NOY!” (hahaha PD BANGET SIH!)
Dan satu lagi, dalam perjalanannya, gue bisa
memberikan pandangan tentang “MIMPI”. Semua orang boleh dan HARUS PUNYA Mimpi (ya
kudu usaha buat dicapai lah coy! Mimpi doang semua orang bisa pas tidur, usaha
wujudinnya tergantung lo mau apa kagak!), supaya ada yang pencapaian dalam
hidupnya, terutama perempuan. Jangan terpatok akan pandangan orang terjajah
yang bilang “Gak usah sekolah tinggi-tinggi, perempuan itu takdirnya jadi ibu
rumah tangga di dapur” rubah guys mindset itu. Iya kita perempuan bakal jadi
ibu rumah tangga, masak didapur, rawat anak, tapi emang itu semua gak butuh
akal pikiran. Mendidik anak gampang? KAGAK! Anak terbentuk mulainya dari mana? Ajaran
keluarga, yang paling pertama siapa? Ibu.
Susah
gak sih jadi Mahasiswa? SUSAH!
Banyak
beban yang harus lu pikul, edukasi masyarakat, berguna buat lingkungan sekitar
itu perlu banget, dan punya karya yang bisa digunain orang itu penting.
So,
kalian yang mau jadi mahasiswa siap mikul beban itu?
Kalian
yang sudah jadi mahasiswa, sudah buat apa?
Kalian
yang sudah lulus udah ngapain aja? Sibuk cari kerja di job fair sebar CV?
Gue
juga belum banyak yang dilakuin kok, gak akan sibuk komentarin kalian, tapi ngajak
buat kita ngaca, “sudah ngapain aja ya selama ini? Sudah berguna buat orang
lain belum sih? sudah berkarya apa?”
#gerakanAYONGACA
Your best,
Noy
debest!!
BalasHapus